Dalamhubungan poliamori dikenal yang namanya "compersion", yaitu rasa bahagia yang hadir ketika melihat partner dalam hubungan ini bahagia dengan orang lain. Misalnya, ketika A dikunjungi B, maka C akan bahagia. Dan ketika C bersama B, maka A berbahagia. Lewat cara yang mungkin bagi sebagian besar orang terdengar aneh itulah, mereka yang menjalani poliamori mendapatkan kebahagiaan mutlak. Dok. Thinkstock Jakarta - Kedewasaan memang menjadi suatu konteks yang sulit diukur ataupun dipahami. Tak jarang pula hal ini menjadi alasan sebuah hubungan asmara kandas di tengah kedewasaan seseorang tidak dapat serta merta dilihat dari tua atau mudanya usia. Orang yang berusia lebih tua belum tentu lebih dewasa dibandingkan mereka yang usianya lebih muda dan sebaliknya. Seperti kata pepatah, "Menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah sebuah pilihan."Begitupun yang diungkap oleh psikolog dan juga konsultan cinta Wolipop, Ratih Ibrahim. "Kedewasaan seseorang dapat terlihat dari kematangan dan kemandiriannya dalam berpikir, merasa dan bertingkah laku," tutur kualitas hubungan yang lebih baik, kedewasaan memang diperlukan. Namun bukannya harus memaksa atau berpura-pura, melainkan dibuktikan dengan Juga 50 Inspirasi Gaun Pengantin 2015 Perilaku yang dimaksud tercermin dari bagaimana seseorang dapat menarik pelajaran dari setiap pengalaman hidupnya. Seperti yang diungkap Ratih, proses ini akan berkembang dan mengubah kepribadian seseorang jika yang bersangkutan mau belajar dari bagaimana cara menunjukkan kedewasaan? Yang pertama, Anda dapat menggunakan pengalaman di hubungan terdahulu sebagai pembelajaran untuk instropeksi diri. Belajar dari pengalaman akan membentuk Anda menjadi pribadi yang lebih matang dari cara berpikir. Dengan begitu Anda akan mampu berpikir mandiri dalam membuat pilihan hidup dengan segala pertimbangan dan hanya itu, pribadi yang lebih matang juga membuat perasaan lebih stabil sehingga bisa lebih tenang dalam menghadapi segala persoalan. "Seseorang yang matang akan mampu tidak bergantung pada penilaian orang lain akan dirinya melainkan dapat menghargai diri sendiri dengan lebih baik dari waktu ke waktu," tambah Ratih lagi. Alissa Safiera/Hestianingsih
C Kedewasaan Penuh menurut Alkitab . D. Berbagai Ajaran Palsu. E. Iklan Sebagai Ajaran Palsu . F. Kekayaan dan Sukses dengan Jalan Pintas. G. Kedewasaan Penuh dalam Hubungan dengan Orang Lain. H. Rencana Hidup Saya . Bab III Menjadi Manusia yang Bertanggungjawab di Dalam Masyarakat. A. Pengantar. B. Arti Tanggung jawab. C. Tanggung jawab dan
Usia merupakan faktor kedewasaan seseorang, karena pemikirannya sudah lebih matang. Seringkah Parent mendengar premis satu ini? Bahkan, tak jarang hal ini menjadi kriteria utama saat mencari pasangan hidup. Nyatanya, usia belum tentu berbanding lurus dengan kedewasaan emosional. Padahal, kedewasaan turut menjadi penentu suksesnya sebuah hubungan cinta. “Seseorang yang tidak dewasa secara emosional tercermin dari kurangnya pemahaman mengenal emosi. Biasanya seseorang tidak mampu berkomunikasi dan memroses hal yang berkaitan dengan hubungan yang sedang berjalan, serta kurangnya empati dan kesediaan memahami pengalaman emosional pasangan,” tutur Samantha Burns, konselor pasangan dan pelatih hubungan Love Successfully. Burns menambahkan, memiliki pasangan yang tidak dewasa dapat berdampak merugikan terhadap kesehatan sebuah hubungan. “Seringnya, pasangan yang belum dewasa akan mengedepankan aku’ dibanding kita’. Ketika terjadi konflik, akan sulit untuk mengomunikasikan segala sesuatunya dengan efektif,” lanjutnya. Penting bagi Parent untuk mengenali karakter kedewasaan seseorang yang tergambar dari sifatnya menyikapi hubungan. Artikel terkait 7 Cobaan awal menikah, Parents pernah mengalaminya Tanda pasangan tidak dewasa dalam hubungan 1 Sulit mengungkapkan perasaan Kedewasaan seseorang akan teruji saat ia dihadapkan pada keharusan mengungkapkan perasaan. Seseorang yang belum dewasa cenderung enggan mengakui, mengabaikan, bahkan berpura-pura baik-baik saja. “Orang yang secara emosional belum matang cenderung terhambat ketika berbicara tentang perasaan,” kata Burns. Mereka memilih menutupi segalanya karena menganggap perasaan adalah sesuatu yang rumit. 2 Tidak membicarakan masa depan Pasangan Anda kerap menghindar, bahkan mengalihkan pembicaraan saat sedang membahas topik masa depan? Hati-hati, ini menandakan belum adanya kedewasaan dalam diri pasangan. Seseorang yang belum dewasa dalam hubungan biasanya masih takut akan komitmen, bahkan untuk hal kecil sekalipun. “Pasangan yang belum dewasa kurang suka memikirkan sesuatu yang masih belum akan terjadi, mereka hanya memikirkan masa kini. Hal kecil seperti rencana liburan keluarga di akhir pekan bisa jadi merupakan hal yang tidak ada dalam rencananya,” ujar Burns. Artikel Terkait Kekurangan Pasangan, Haruskah Selalu Ditutupi? 3 Merasa sendirian dalam hubungan Faktor penting dalam hubungan mencakup semua rasa yang membuat Anda merasa dicintai, didukung segala sesuatunya, juga rasa hormat. Jika Anda malah merasa selalu sendirian dalam hubungan, tandanya Anda bersanding dengan partner hidup yang belum dewasa. “Jika pasangan Anda belum dewasa secara emosional, tidak akan ada intimasi emosional dalam hubungan. Saat ada masalah, dia akan menghindar dan tak segan meninggalkan Anda sendirian. Ia tidak bisa menjalin ikatan yang terlalu dalam emosi,” ungkap Burns. Artikel terkait 3 Pertanyaan sederhana yang akan buat pernikahan Anda selalu bahagia 4 Tidak hadir saat Anda dalam kondisi terpuruk Apa yang pasangan Parent lakukan saat sedang stres? Apakah ia selalu mendampingi, atau sebaliknya malah sibuk dengan kehidupannya sendiri? Pertanyaan ini menjadi tolak ukur penting lain kedewasaan seseorang, dalam hal ini pasangan yang Anda cintai. “Mereka yang tidak tahu bagaimana mendukung Anda saat sedang mengalami masa sulit, entah itu stres pekerjaan atau krisis keluarga merupakan sinyal dia pasangan belum dewasa,” tegas Burns. 5 Tidak menyukai kompromi Mengomunikasikan kebutuhan dan mengutamakan jalan tengah adalah tonggak kesuksesan sebuah hubungan. “Pasangan yang lebih memilih caranya sendiri belum matang secara emosional,” kata April Davis, Pakar Hubungan dan CEO LUMA Luxury Matchmaking. Tak jarang, seseorang yang belum dewasa akan memanupulasi pasangan jika terjadi masalah dalam hubungan. 6 Defensif Hubungan pasti tak selalu berjalan lancar, kritisi akan muncul saat ada ketidakpuasan terhadap pasangan. Dalam hubungan yang sehat, kedua pasangan senantiasa merasa nyaman dan terpacu untuk menyelesaikan sebuah masalah bersama. “Defensif bahkan untuk hal kecil menandakan pasangan belum dewasa. Apalagi defensif padahal jelas-jelas ia yang salah,” lanjut Davis. 7 Pasif dalam hubungan Pasif dalam arti kata, salah satu pasangan cenderung memanfaatkan pasangan lain dan tidak berusaha melakukan hal terbaik dalam keutuhan hubungan. “Belum dewasa akan membuat pasangan cenderung mengandalkan dan mengharapkan Anda melakukan segalanya,” ujar pembicara dan penasihat spiritual Davida Rappaport. Jikalau pasangan akhirnya melakukannya, itu lebih karena mereka memilih menghindari konflik bukan karena ingin membuat Anda bahagia. Rappaport menambahkan, besar kemungkinan pasangan juga hanya melakukan hal yang menguntungkan untuk pihak mereka dan tidak didorong dari rasa kasih dan cinta. Tidak ada seseorang yang sempurna, tetapi kedewasaan akan membawa hubungan dalam taraf yang baik dan membuat kedua pasangan merasa berharga satu sama lain. Apakah Parent memiliki satu atau lebih tanda tersebut? Referensi Bustle Baca juga Jangan Sepelekan! 7 Hal Sederhana Ini Jadi Kunci Mempertahankan Pernikahan Sederhana, 6 cara ini bisa membuat pasangan terus mencintai Anda Mulai Jenuh dengan Pasangan? Ini Saran dari Psikolog untuk Mengatasinya Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.
Kedewasaan seseorang dapat terlihat dari kematangan dan kemandiriannya dalam berpikir, merasa dan bertingkah laku," tutur Ratih. Demi kualitas hubungan yang lebih baik, kedewasaan memang diperlukan. Namun bukannya harus memaksa atau berpura-pura, melainkan dibuktikan dengan perilaku. Baca Juga: 50 Inspirasi Gaun Pengantin 2015
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Menyambung tulisan sebelumnya, Kedewasaan Emosional dan Kedewasaan Sosial, saya menyempitkan kedewasaan pada kedewasaan sosial. Sekali lagi, saya sekadar menanggapi tulisan Eddy Sutanto yang berjudul “Menuju Kedewasaan Intelektual dan Kedewasaan Spiritual”.Kedewasaan berkaitan dengan diri sendiri. Sosial berkaitan dengan orang lain. Ketika menjadi “kedewasaan sosial”, tentu saja diri sendiri berkaitan dengan ruang lingkup sekitar. Ruang lingkup sekitar dimulai dari lingkup kecil, yaitu rumah tangga atau keluarga terdekat. Lebih luas lagi adalah rumah tetangga RT, saudara-saudara, dan pergaulan terdekat. Semakin luas pada satu wilayah daerah lokal-regional. Meningkat lagi ke ranah nasional dan tulisan Eddy terdapat dua kedewasaan yang diunggulkan dalam ranah negara dan berkaitan dengan situasi Pemilihan Presiden Pilpres 2014, yaitu kedewasaan intelektual dan kedewasaan spiritual. Sementara kedewasaan emosional sempat diabaikannya seperti yang tertulis, “Kedewasaan intelektual, tentunya berkaitan erat sekali dengan logika berpikir, bukan dipengaruhi oleh emosional/ keinginan yang berlebihan, tapi cara berpikir haruslah didasari logika, dan tidak akan mempengaruhi emosi kita.”Mengenai kedewasaan spiritual, Eddy sempat menyinggung suatu sosok’ dan sosok lainnya’, yaitu “sesama manusia”. Saya persempit menjadi “manusia”. Kalau “manusia” hanya bersubstansi secara “intelektual” dan “spiritual”, adakah? Barangkali dalam diri Eddy hanya bersubstansi “intelektual-spiritual” tanpa “emosional”. Barangkali tidak saya abaikan adalah proses menuju kedewasaan intelektual dan spiritual. Mungkin kedewasaan spiritual dapat terjadi melalui proses pribadi individual, yaitu proses suatu pribadi memahami Penciptanya. Apakah proses tersebut kemudian tidak berhubungan dengan orang lain sebagai ejawantah manusia sebagai makhluk sosial? Tentu saja berhubungan, bukan?Lalu, ketika terjadi hubungan dengan orang lain, semisal tetangga, apakah kedewasaan spiritual itu cukup? Kalau orang lain itu tidak memiliki kedewasaan spiritual yang sama, lebih-lebih berbeda aliran spiritual, bisakah terjalin suatu hubungan yang selalu harmonis dan seterusnya apalagi menyangkut pergaulan dalam negara?Lalu, proses menuju kedewasaan intelektual. Apakah batasan atau ukuran “intelektual” tersebut? Kalau hanya seorang diri, sejauh mana “manusia” bisa meraih kedewasaan intelektual tanpa adanya orang lain? Belajar sendiri di rumah tanpa pernah bersekolah?Barangkali saja kedewasaan intelektual Eddy diperoleh sendiri di dalam kamarnya tanpa pernah bersekolah. Tapi, apakah itu mungkin? Saya yakin, kedewasaan intelektual Eddy juga diperoleh dari bangku sekolah pendidikan. Artinya, selama bersekolah, Eddy pasti mengalami pendewasaan emosional-sosial bersama teman-teman sekolah dan barangkali tidak juga. Eddy tidak pernah bersekolah dan tidak mengalami proses sosialisasi dengan lingkungannya. Oleh karenanya Eddy hanya memahami “kedewasaan intelektual” dam “kedewasaan spiritual”. Tidak peduli pada “kedewasaan emosional” dan “kedewasaan sosial”.Hebatnya, dengan dua kedewasaan intelektual-spiritual tersebut, Eddy membahas persoalan yang begitu luas, yakni negara Indonesia. Saya tidak berani membayangkan jika kedewasaan spiritual-intelektual diunggulkan dalam suatu pergaulan antarmanusia tanpa mengindahkan emosional perasaan orang lain dan sosial lebih dari seorang lain. Istilah “tenggang rasa”, “tepa selira”, “solidaritas”, “empati” dan sejenisnya, dari tulisan Eddy itu, seolah tidak diperlukan sebagai realitas “manusia” dan “negara” negara Indonesia.Menurut saya, pernyataan Eddy bahwa “Momen saat ini, adalah momen bersejarah bagi bangsa Indonesia, memilih Presiden dengan cara yang sangat demokratis, dimana tidak tercermin hal seperti di Indonesia di Negara-negara tetangga kita” sangat bertolak belakang kontradiktif dengan fokusnya pada “kedewasaan intelektual” dan “kedewasaan spiritual”. Mengapa? Jelas, kata “bangsa”, “demokratis”, dan “negara-negara-negara tetangga” itu sudah terlepas dari diri sendiri individual dan merupakan suatu lingkup sosial pergaulan antarmanusia.Suatu realita di Indonesia, terdapat beberapa orang yang sudah dewasa secara spiritual-intelektual tetapi dengan lantang mengobarkan “perang Badar”, atau “memfitnah” melalui media massa hingga “tindakan anarkis-berdarah” terhadap “manusia” lainnya semacam “Yogyakarta Berdarah”, atau minimal kasus “melempar handphone”. Mengapa hal itu terjadi? Bukan mustahil akibat tidak mengalami kedewasaan emosional dan sosial. Tidak ada empati, belas kasihan, tenggang rasa, dan rasa berkaitan dengan Pilpres 2014 ini, hubungan “manusia” Indonesia tidaklah cukup berhenti pada “kedewasaan intelektual-spiritual”. Pemahaman kedewasaan intelektual mengenai ke-Tuhan-an kedewasaan spiritual tidaklah cukup hanya sebatas “sesama agama” atau “sesama pendukung capres”, bukan?Dan, menyinggung kata “Indonesia”, sangat jelas berkaitan dengan “sesama bangsa-warga negara” yang ber-bhinneka tunggal ika. Artinya, untuk kepentingan berbangsa-bernegara apalagi dalam suasana Pilpres sekarang ini, sangatlah diperlukan kedewasaan emosional dan kedewasaan sosial, selain kedewasaan dengan kedewasaan yang lengkap kedewasaan intelektual-spiritual-emosional-sosial, persoalan kebangsaan dan nasional, tentu saja, akan lebih mudah disolusikan. Bersama sebagai sesama bangsa Indonesia ini jelas merupakan kedewasaan sosial, niscaya kebaikan dan kemajuan Indonesia bisa benar-benar diperjuangkan dan diwujudkan, meski tidaklah bisa langsung sempurna dalam waktu satu-dua minggu sejak seseorang terpilih menjadi presiden Republik Indonesia.*******Sabana Karang, 2014 Lihat Catatan Selengkapnya
G Kedewasaan Penuh dalam Hubungan dengan Orang Lain. Pada bait ketujuh puisi Kliping di atas, ia mengatakan demikian: Jika kau dapat berbicara kepada rakyat jelata dan mempertahankan kebajikanmu, Atau berjalan dengan raja-raja - tanpa kehilangan hubungan dengan rakyat biasa; Jika tiada musuh atau teman tercinta dapat melukaimu; Jika semua
Oleh Dr Hj Sri Minarti, dapat diartikan kematangan dalam berpikir, bersikap, bertindak dalam mengambil suatu keputusan dengan seseorang dapat dipengaruhi oleh usia, pendidikan dan pengalaman seseorang secara biologis dapat terlihat bahwa orang tersebut telah memiliki keturunan atau ditandai adanya rasa ketertarikan pada lawan seseorang secara psikologis tampak dari kematangan sikap dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu permasalahan. Tidak tergesa gesa emosional, memperhatikan kemanfaatan pada banyak orang, tidak hanya berorientasi pada diri secara sosial seseorang terlihat dalam sikap pada mahluk lain, mampu menerima perbedaan dengan lapang dada, mengerti, memahami dan bisa memaafkan suatu secara paedagogis pendidikan tampak pada perilaku pembelajar, berusaha memperbaiki diri dan menebarkan secara spiritual seseorang terlihat dalam usaha selalu melakukan pendekatan pada Sang Maha Pencipta, untuk menumbuhkan suatu kesadaran diri bahwa ada alam lain setelah dunia ini, segala aktivitas yang dilakukan sebagai bentuk ibadah kepada-Nya dan akan dipertanggung jawabkanAlangkah bijaknya kita bila di bulan Ramadan sebagai ajang meningkatkan kedewasaan dan introspeksi diri, sudah dewasakah kita?, sehingga pada akhirnya menjadi manusia dewasa sehat cerdas biologis, psikologis spiritual, sosiologis dan profesi kita. Ya Allah, ampunilah kekhilafan kami, aamiin
Polaasuh orang tua adalah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, yaitu bagaimana orang tua memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta ; melindungi anak  dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat.
1Bab Bertumbuh Menuju Kedewasaan yang Benar Bahan Alkitab Efesus 411-15; Kolose 17-12 A. Pengantar Rudyard Kipling 1865-1936, penulis Inggris terkenal, pernah menulis sebuah puisi yang berjudul “If” “Jika”. Di bawah ini adalah terjemahannya oleh S. Belen dalam bahasa Indonesia. Sumber dokumen Kemdikbud Gambar Rudyard Kipling JIKA Jika kau bisa bersabar ketika semua orang sekitarmu Hilang sabar dan mempersalahkanmu; Jika kau bisa percaya diri ketika semua orang meragukanmu, Namun berilah juga celah bagi keraguan mereka; Jika kau bisa menunggu dan tak lelah menanti, Atau, dibohongi, janganlah berdamai dengan kebohongan, Atau, dibenci, janganlah balas membenci, Namun janganlah kelihatan terlalu baik, atau berbicara terlalu bijaksana; II Diunduh dari 2Jika kau dapat bermimpi – dan tidak membiarkan mimpi menguasaimu; Jika kau dapat berpikir – dan tidak menjadikan pikiranmu sebagai tujuan; Jika kau dapat meraih kemenangan dan menderita musibah kekalahan Dan memperlakukan sama kedua tipuan semu itu; Jika kau rela mendengarkan kebenaran yang kau ucapkan Yang tersandra oleh para penipu yang membuat perangkap bagi orang bodoh, Atau menyaksikan hancur luluhnya segala yang kau pertaruhkan untuk hidupmu, Dan membungkuklah dan bangunlah puing-puing itu dengan peralatan rusak yang tersisa; Jika kau dapat mempertaruhkan semua kemenanganmu Dan mengambil risiko untuk satu giliran lempar-dan-tangkap’, Dan ternyata kalah, dan harus mulai lagi dari awal Dan janganlah pernah mengeluhkan kekalahanmu sepatah kata pun; Jika kau bisa memaksa jantung dan saraf dan ototmu Untuk melakukan giliran pukulan service-mu lama setelah semua kekalahanmu, Dan ya bertahanlah bila tiada lagi apa pun dalam dirimu Kecuali Kemauan yang berujar kepada mereka “Tunggu.” Jika kau dapat berbicara kepada rakyat jelata dan mempertahankan kebajikanmu, Atau berjalan dengan raja-raja – tanpa kehilangan hubungan dengan rakyat biasa; Jika tiada musuh atau teman tercinta dapat melukaimu; Jika semua orang menghargaimu, tapi tak berlebihan; Jika kau bisa mengisi menit yang menentukan Dengan menempuh jarak lari enam puluh detik yang tak ternilai – Bumi dan segala isinya akan menjadi milikmu, Dan – yang lebih penting – kau akan menjadi Seseorang anakku! Terjemahan Diunduh dari 3Coba perhatikan, pelajaran apa yang dapat kita peroleh dari puisi di atas tentang pertumbuhan? Pada ketiga bait pertama puisi di atas, kita menemukan pelajaran tentang “kesabaran”, “rasa percaya diri”, “berani menghadapi keraguan orang”, “sabar menunggu”, “tidak membalas kejahatan dengan kejahatan”, “cerdas dan waspada” tidak kelihatan terlalu baik atau bijaksana, “tidak tenggelam dalam mimpi-mimpi”, “sanggup berpikir demi mencapai sesuatu”, “tidak mudah terhanyut oleh kemenangan, atau hancur karena kekalahan.” Coba tambahkan lagi pelajaran-pelajaran lain yang dapat kamu temukan dalam bait-bait yang lainnya dari puisi di atas .………..………....……...………… .………..………....……...………… .………..………....……...………… .………..………....……...………… .………..………....……...………… B. Proses Menjadi Dewasa Pada pelajaran yang lalu kamu sudah belajar tentang apa arti bertumbuh menjadi dewasa. Dalam puisinya di atas, Rudyard Kipling juga menggambarkan arti pertumbuhan itu. Dari kata-kata Kipling di atas jelas sekali bahwa yang penting dalam pertumbuhan itu bukan semata-mata pertumbuhan isik, melainkan kematangan bersikap dan berperilaku dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Apakah kita mampu menghadapi hal-hal yang tidak kita harapkan terjadi dalam hidup ini? Apakah kita mampu menghadapi orang-orang yang seringkali berperilaku berlawanan dari apa yang kita inginkan? Bagaimana kalau kita dikecewakan dalam hidup ini? Apakah kita akan tenggelam di dalam kekecewaan itu? Atau malah mencoba bangkit dan memulai lagi untuk membangun dari sisa-sisa keruntuhannya? Dalam bahasa Inggris ada dua kata yang bisa digunakan untuk “dewasa”, yaitu “adult” dan “mature.” Kata “adult” lebih menunjuk kepada usia seseorang, sementara kata “mature” menunjuk kepada kematangan pribadi dan jiwa seseorang. Orang yang matang pribadi dan jiwanya mestinya tahu apa yang baik dan yang buruk, apa yang benar dan salah. Ia menjadi orang yang mandiri, Diunduh dari 4mampu mengambil keputusannya sendiri. Kalaupun ia meminta nasihat, ia tidak akan begitu saja menjalankan segala sesuatu yang dikatakan oleh teman-teman atau orang yang memberikan nasihat kepadanya. Ia akan berusaha untuk berpikir masak-masak sebelum ia mengambil keputusan. Ia tidak akan mudah dipengaruhi orang lain untuk berubah pendapat dan pikirannya. Ia pun tidak mementingkan diri sendiri, melainkan menunjukkan kepeduliannya terhadap kesejahteraan orang lain. C. Kedewasaan Penuh menurut Alkitab Dalam Surat Efesus yang menjadi dasar bahan kita kali ini, Rasul Paulus mengingatkan jemaat di kota itu bahwa Yesus Kristus telah menyediakan pemimpin-pemimpin umat, baik rasul, nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar, dll. untuk menolong agar umat Kristen diperlengkapi untuk melayani Tuhan dan membangun tubuh Kristus, yaitu gereja, kumpulan umat Allah sendiri. Mengapa Tuhan harus melakukan semua ini bagi gereja-Nya? Surat Efesus menjelaskan bahwa tujuannya adalah 13 … mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, 14 sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, 15 tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala. Dari ayat-ayat di atas, jelas bahwa orang Kristen seringkali menghadapi masalah berupa ajaran-ajaran palsu manusia dan berupa-rupa upaya yang menyesatkan. Banyak orang yang berusaha untuk mengalihkan perhatian dan iman percaya orang Kristen dari Kristus. Dalam Surat 2 Petrus 21 dan Surat 1 Yohanes 41 kita menemukan peringatan-peringatan tentang guru-guru dan nabi-nabi palsu yang berkeliaran dan menyebarkan ajaran-ajaran yang sesat. Mereka berusaha untuk membuat orang Kristen menyangkal Yesus Kristus yang telah menebus mereka. Dengan kata lain, mereka berusaha membujuk supaya orang Kristen meninggalkan Yesus Kristus dan menjauhkan diri dari kasih sayang Allah. Seorang Kristen yang dewasa tidak akan mudah digoyahkan oleh ajaran-ajaran yang sesat. Mari kita lihat bagaimana ajaran-ajaran sesat itu dikembangkan di sekitar kita. Diunduh dari 5D. Berbagai Ajaran Palsu “The Family International” “The Family International” lebih dikenal dengan nama “Children of God” Anak-anak Allah - COG. Kelompok ini didirikan pada tahun 1968 di Huntington Beach, California, AS. Pendirinya bernama David Brandt Berg, yang kemudian mengubah namanya menjadi Moses David. Nama Children of God kemudian diubah setelah nama COG mendapatkan stigma negatif. Kelompok ini mengajarkan bahwa akhir zaman sudah dekat. Anggota-anggota COG mendirikan komun-komun kelompok hidup bersama di berbagai kota. Mereka mencari “jiwa-jiwa baru” dengan menyebarkan traktat di jalan-jalan. Anggota-anggota baru diajarkan untuk menghafalkan Alkitab dan mengambil nama alkitabiah yang baru. “Mo Letters” adalah sarana David untuk berkomunikasi dengan para anggotanya. Pada Januari 1972, Berg memperkenalkan lewat surat-suratnya, bahwa ia adalah nabi Allah untuk masa kini, sehingga otoritasnya harus ditaati semua anggota. Pada akhir tahun 1972, mereka sudah menyebarkan sekitar 42 juta lembar traktat, yang isinya kebanyakan tentang keselamatan Allah dan kehancuran Amerika. Selain menyebarkan traktat di jalan-jalan, mereka juga meminta sumbangan uang untuk kegiatan mereka. Pada tahun 1974, Berg memperkenalkan metode untuk mencari anggota baru dengan menggunakan seks sebagai daya tariknya. Mereka mendorong para perempuan anggota COG untuk melakukan hubungan seks dengan orang-orang yang dianggap bisa diharapkan menjadi anggota baru. Mula-mula hal ini dilakukan oleh kelompok terdekat Berg, dan belakangan oleh anggota-anggota lainnya. Menurut kelompok ini, “lebih dari orang menerima anugerah keselamatan Allah melalui Yesus, dan sebagian lagi menerima kehidupan sebagai murid dan misionaris”, sebagai hasil dari metode gila ini. Menurut data mereka, para anggota mereka berhubungan seks dengan orang selama masa 1974-1978. Metode ini juga menghasilkan banyak anak di luar nikah di kalangan kelom-pok ini, termasuk anak laki-laki Karen Zerby, Davidito yang juga dikenal sebagai Ricky Rodriguez, yang pada 2005 bunuh diri setelah ia membunuh seorang perempuan anggota kelompok ini yang diingatnya pernah melecehkannya secara seksual ketika ia masih balita. Anak-anak yang dilahirkan dari hubungan seks ini diperkirakan jumlahnya lebih dari 300 orang. Mereka disebut sebagai “bayi-bayi Yesus.” Diunduh dari 6Kelompok Children of God ini pernah bertumbuh di Indonesia. Entah bagaimana sekarang – apakah mereka masih bergerak di Indonesia atau tidak. Namun sangat penting bagi kita untuk bersikap waspada terhadap kelompok-kelompok seperti ini yang menyebarkan ajaran-ajaran palsu. Nah, bagaimana dengan kamu sendiri? Pernahkah kamu mengalami hal serupa ini – bertemu dengan guru-guru palsu dan nabi-nabi palsu, yang berusaha menjauhkan kamu dari Yesus Kristus? Mereka menjanjikan kebahagiaan hidup yang semu. Misalnya, kalau kamu mengikuti kata-kata mereka, kamu akan masuk ke surga. Bila kamu menjalankan ajaran-ajarannya, kami dijamin masuk ke surga, seperti yang pernah dijanjikan Pdt. Mangapin Sibuea yang meramalkan nubuat akan terjadi pada 10 November 2003 dan dia beserta semua pengikutnya sajalah yang akan diangkat Tuhan naik ke surga Tempo, “Setelah Kiamat’ Sekte Sibuea Tak Terjadi”, 12 November 2003. Ada lagi yang menjanjikan kamu akan menemukan kebahagiaan sejati. Atau kamu akan memiliki kekuatan-kekuatan yang luar biasa. Diskusikanlah sekarang dengan temanmu, bagaimana para guru palsu dan nabi palsu ini menjalankan tipu muslihatnya terhadap orang Kristen, seperti yang mungkin pernah kamu alami sendiri. Guru-guru dan nabi-nabi palsu yang saya ketahui dan ajaran mereka ……… … … … … ……… ……… E. Iklan sebagai Ajaran Palsu Di dunia sekarang ini, periklanan memainkan peranan penting dalam bisnis. Iklan digunakan untuk mempromosikan barang-barang yang dijual. Tujuannya adalah memperkenalkan produk-produk tersebut dan membuat orang tertarik untuk membelinya. Namun pada kenyataannya ada kalanya iklan yang dibuat itu tidak menggambarkan isi produk yang sesungguhnya, malah menyesatkan. Apa yang dijanjikan oleh iklan-iklan itu lebih tepat digambarkan sebagai janji-janji palsu. Misalnya, kaum perempuan dianjurkan untuk membeli sejenis krim tertentu untuk membuat kulit wajahnya menjadi putih. Kadang-kadang krim-krim itu malah mengandung bahan-bahan berbahaya yang bisa menyebabkan kanker kulit. Diunduh dari 7Sementara itu, media massa juga mempromosikan ide-ide bahwa kulit yang berwarna putih itu lebih cantik daripada kulit yang berwarna lebih gelap. Akibatnya, orang-orang yang kulitnya berwarna agak gelap mungkin akan merasa rendah diri karena kurang cantik. Contoh ajaran palsu lainnya adalah gagasan-gagasan yang ditanamkan kepada kita lewat iklan yang mengatakan bahwa orang sukses adalah orang yang merokok jenis rokok tertentu, atau mengendarai mobil tertentu. Benarkah demikian? Pada kenyataannya kita tahu bahwa rokok justru merusakkan kesehatan. Bagaimana mungkin orang yang merokok justru digambarkan sebagai orang yang sukses? Lalu, bagaimana orang yang mengendarai mobil jenis tertentu bisa dibilang sukses, apabila mobil itu ternyata adalah milik majikannya? Atau mobil itu dibeli dengan uang hasil korupsi? Coba perhatikan berita seperti di bawah ini Tribun News, 16 Juni 2010 “Menelisik Rp 99 Miliar Kekayaan Gayus Tambunan” Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang mengatakan, penyidik berhasil menyita kekayaan Gayus senilai Rp 74 miliar. Uang tersebut diletakkan Gayus di safety box di bank Mandiri dan hanya dirinya yang dapat membukanya. “Terdiri dari mata uang asing dan logam mulia,” ujar Edward di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 15/6. Selain menyita Rp 74 miliar itu, penyidik juga menyita Sumber dokumen Kemdikbud Gambar Iklan sebagai ajaran palsu Diunduh dari 8harta kekayaan Gayus senilai Rp 11 miliar yang merupakan bagian dari Rp 25 miliar harta kekayaan Gayus yang disimpan di 24 rekening yang ada di tiga bank. Uang Rp 25 miliar itu sebelumnya sempat mengalir ke berbagai muara setelah Direktur II Ekonomi Khusus Bareskrim kala itu, Brigjen Pol Raja Erizman mengeluarkan surat penerbitan pembukaan blokir rekening yang menympan dana sebesar Rp 25 miliar itu. Sebenarnya, penyidik sendiri menemukan uang Gayus kala blokir itu dibuka mencapai Rp dan US$ “Itu terdiri dari beberapa lembar saham yang dibeli kemudian ada disimpan dalam bentuk tabungan, mata uang, valuta asing. Kemudian ada yang di depositokan. Kemudian ada yang di rekening bank dan ada yang juga dalam bentuk dia beli saham,” jelas Edward merinci Rp 11 miliar yang telah berhasil disita penyidik. Jika ditotal maka Rp 85 miliar dari Rp 99 miliar kekayaan Gayus berhasil dikuras polisi. Sementara sisanya, Rp 14 miliar yang juga merupakan bagian dari Rp 25 miliar masih “misterius”. Membaca laporan di atas, muncullah berbagai pertanyaan, bagaimana mungkin seorang pegawai pemerintah sekelas Gayus Tambunan bisa memiliki uang begitu banyak sehingga hartanya berlimpah ruah? Ternyata semuanya hasil korupsi. Ia telah membantu sejumlah perusahaan yang mestinya membayar pajak yang tinggi, dan untuk itu ia mendapatkan bayaran dalam jumlah besar. Bagaimana orang bisa terjatuh ke dalam kehidupan seperti itu? Tampaknya banyak orang yang kini terbius oleh gambaran-gambaran bahwa sukses seseorang hanya bisa diukur lewat apa yang ia punyai – entah berupa rumah, tanah, kendaraan mewah, perhiasaan-perhiasan berharga, logam mulia, dll. F. Kekayaan dan Sukses dengan Jalan Pintas Semakin banyak orang yang percaya akan ajaran palsu bahwa sukses dapat dicapai dengan jalan pintas. Ketika kekayaan menjadi ukuran sukses seseorang, semakin banyak pula kita melihat bagaimana orang-orang yang duduk di jabatan-jabatan yang “basah” – entah di pemerintahan ataupun di kantor-kantor swasta – bisa dengan cepat menjadi kaya raya. Hal ini tampaknya disebabkan oleh pergeseran nilai-nilai di masyarakat kita yang sangat menonjolkan kekayaan materi dan kesenangan badaniah Diunduh dari 9hedonisme sebagai ukuran sukses di masa kini. Karena nilai-nilai itu yang ditunjukkan sebagai kelaziman – antara lain lewat iklan-iklan di media massa, dan bahkan juga oleh pemberitaan-pemberitaan tentang gaya hidup para selebritis di negara kita – maka orang-orang pun berbondong-bondong meniru gaya itu. Namun, dari mana mereka memperoleh uang untuk membiayai gaya hidup itu? Untuk maksud tersebut tidak jarang kita menemukan orang-orang yang bersedia mengambil jalan pintas, entah lewat korupsi, berjualan narkoba yang harganya sangat mahal, menyelundupkan narkoba dan barang-barang terlarang lainnya, atau bahkan menjual diri. Sebuah berita mengejutkan terjadi di salah satu kota di Pulau Jawa. Dilaporkan bahwa seorang murid SMP terlibat dalam praktik pelacuran. Ia menjual teman-temannya yang masih duduk di SMA untuk melayani laki-laki hidung belang sebagai pelacur, hanya karena anak-anak itu ingin memiliki HP “pintar” Blackberry Kompas, “Ingin Punya BB, Siswi SMA di Surabaya Jual Diri,” 9 Juli 2013. Bukankah ini tragis? Mengapa remaja-remaja itu tidak berpikir jauh tentang masa depan mereka? Bukankah semua ini tanda-tanda ketidakdewasaan? Kita sudah melihat di atas uraian tentang berbagai ajaran palsu yang dianjurkan oleh para guru dan nabi palsu modern di masa kini. Apa yang kita lihat sejauh ini, ajaran-ajaran palsu itu bukan sekadar ajaran agama atau keyakinan kita tentang Tuhan kita dan karya penyelamatan-Nya. Yang kita lihat adalah ajaran-ajaran yang mungkin dalam pemahaman kita jauh dari pengertian kita tentang agama. Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh kita bahwa agama Kristen akan menyebut nilai-nilai yang berlaku luas di masyarakat kita itu sebagai “ajaran palsu.” Namun kita tidak bisa menolak semua itu. Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan, Manusia hidup bukan dari roti saja, “tetapi dari setiap irman yang keluar dari mulut Allah” Mat. 44. Maksud ayat ini bukanlah semata-mata supaya kita rajin membaca Alkitab, melainkan terutama sekali supaya kita bisa mengenali ajaran-ajaran yang merendahkan nilai-nilai kehidupan, yang membuat hidup tidak lain daripada sekadar memenuhi kebutuhan biologis semata-mata. Bacaan dari Surat Efesus di atas sudah mengingatkan kita bahwa Tuhan ingin agar kita bertumbuh menuju kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan… Ef. 413-14 Diunduh dari 10Hidup kita tidak boleh dijadikan dangkal dengan sekadar memenuhi kebutuhan materi dan mencari kekayaan semata-mata, atau malah mengikuti nilai-nilai yang dipromosikan oleh banyak orang di dunia ini. Bacaan dari Surat Kolose mengingatkan, … supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah… Kol. 19-10 G. Kedewasaan Penuh dalam Hubungan dengan Orang Lain Pada bait ketujuh puisi Kliping di atas, ia mengatakan demikian Jika kau dapat berbicara kepada rakyat jelata dan mempertahankan kebajikanmu, Atau berjalan dengan raja-raja – tanpa kehilangan hubungan dengan rakyat biasa; Jika tiada musuh atau teman tercinta dapat melukaimu; Jika semua orang menghargaimu, tapi tak berlebihan; Kipling mengatakan, orang yang dewasa adalah orang yang bisa berbicara kepada rakyat kecil, namun tetap mempertahankan kebajikannya. Kalaupun ia bisa berjalan dengan raja-raja, hal itu tidak menjadikannya sombong dan berkepala besar. Rasanya tidak banyak orang yang bisa bertindak seperti ini. Di dunia kita bisa melihat hanya segelintir orang yang mampu bersikap seperti ini dengan tulus. Dalam sebuah perjalanan kampanyenya, ketika merasa lapar, Presiden Obama tidak segan-segan berhenti di sebuah restoran hamburger – makanan siap saji yang dianggap sebagai makanan murah. “OMG! President Obama eats at South Miami burger joint,” Miami Herald, 20 September 2012. Ia tidak segan-segan makan di tempat murahan seperti itu. Orang yang dewasa dan matang kepribadian dan pemikirannya, pasti tidak akan canggung-canggung melakukan hal-hal yang di mata orang lain mungkin dianggap akan merendahkan derajat dan kedudukannya. Ia akan mampu memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama. Ia tidak kikuk bergaul dengan orang-orang kecil – termasuk mereka yang disingkirkan dan dilupakan masyarakat umum – atau pun berhadapan dengan orang-orang yang berjabatan tinggi. Diunduh dari 11Di masa hidup-Nya di dunia, Yesus pun pernah melakukan hal seperti itu, makan di tempat-tempat yang sederhana. Ia pernah diundang oleh Simon, seorang Farisi yang kaya, untuk makan di rumahnya. Luk. 736-50 Namun di pihak lain, Ia pun tidak segan-segan duduk dan makan di antara para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mrk. 213-16 Dengan kata lain, Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang. Bahkan sebaliknya, Ia berusaha mendekatkan diri dengan orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat, supaya dengan demikian mereka bisa diterima lagi oleh masyarakat, dan dengan demikian dapat diharapkan bahwa mereka bisa hidup seperti banyak orang lainnya. Inilah yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Surat Kolose di atas tentang pertumbuhan pribadi seorang Kristen, “…tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Kol. 415 Dengan berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh ke arah Kristus. Dan kalau Kristus sendiri bersikap terbuka kepada siapapun, maka kita pun terpanggil untuk bersikap terbuka kepada orang lain. Janganlah kita menjauhkan diri dari orang lain hanya karena mereka berbeda latar belakang suku, agama, kelas sosial, warna kulit, dll. Kedewasaan penuh yang kita lihat di dalam diri Yesus adalah kehidupan yang berfokus pada kepentingan orang lain, demi kemuliaan Allah. Itulah yang digambarkan oleh Rasul Paulus dalam Filipi 23-4, “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Apakah ini berarti orang Kristen tidak boleh memperhatikan kepentingannya sendiri? Sudah tentu tidak. Paulus ingin menekankan agar kita tidak hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi juga memikirkan kepentingan orang lain. H. Rencana Hidup Saya Coba buat rencana tentang bagaimana kamu merencanakan kehidupanmu agar bisa bertumbuh menuju kedewasaan yang benar. Hal-hal apa yang dapat kamu lakukan supaya hidupmu bermakna? Bidang studi apakah yang akan kamu pilih agar bisa mengembangkan hidup yang bermakna dan tidak dangkal itu? Jika waktu yang tersedia cukup, kamu dapat membacakan rencana hidupmu. Jika tidak, kumpulkanlah untuk dinilai oleh gurumu. Diunduh dari 12I. Rangkuman Kedewasaan yang benar yang mestinya terjadi pada hidup kita masing-masing adalah sikap hidup yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh pendapat orang-orang di sekitar kita. Kedewasaan yang benar itu mestinya tampak dalam kemampuan kita ketika kita diperhadapkan dengan berbagai ajaran, pemikiran, ilosoi, bahkan juga iklan-iklan yang mengajarkan sukses, keberhasilan, kekayaan, kemasyhuran yang mudah dengan jalan pintas. Alkitab justru mengajarkanyang sebaliknya. Kedewasaan yang benar adalah kedewasaan yang berprinsip, yang didasarkan pada irman Tuhan. J. Doa Tuhan, pimpinlah hidupku agar aku dapat menjalaninya menuju kedewasaan yang benar. Jangan biarkan aku berjalan sendiri, Tuhan, melainkan ubahlah aku agar hidupku benar-benar bermakna, tidak hanya berorientasi kepada diri sendiri, atau kelompokku saja, melainkan bisa juga berguna untuk orang lain. Dalam nama Tuhan Yesus, Juruselamatku. Amin. Diunduh dari 1Sementara itu, media massa juga mempromosikan ide-ide bahwa kulit yang berwarna putih itu lebih cantik daripada kulit yang berwarna lebih gelap. Akibatnya, orang-orang yang kulitnya berwarna agak gelap mungkin akan merasa rendah diri karena kurang cantik. Contoh ajaran palsu lainnya adalah gagasan-gagasan yang ditanamkan kepada kita lewat iklan yang mengatakan bahwa orang sukses adalah orang yang merokok jenis rokok tertentu, atau mengendarai mobil tertentu. Benarkah demikian? Pada kenyataannya kita tahu bahwa rokok justru merusakkan kesehatan. Bagaimana mungkin orang yang merokok justru digambarkan sebagai orang yang sukses? Lalu, bagaimana orang yang mengendarai mobil jenis tertentu bisa dibilang sukses, apabila mobil itu ternyata adalah milik majikannya? Atau mobil itu dibeli dengan uang hasil korupsi? Coba perhatikan berita seperti di bawah ini Tribun News, 16 Juni 2010 “Menelisik Rp 99 Miliar Kekayaan Gayus Tambunan” Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Edward Aritonang mengatakan, penyidik berhasil menyita kekayaan Gayus senilai Rp 74 miliar. Uang tersebut diletakkan Gayus di safety box di bank Mandiri dan hanya dirinya yang dapat membukanya. “Terdiri dari mata uang asing dan logam mulia,” ujar Edward di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 15/6. Selain menyita Rp 74 miliar itu, penyidik juga menyita Sumber dokumen Kemdikbud Gambar Iklan sebagai ajaran palsu Diunduh dari 2harta kekayaan Gayus senilai Rp 11 miliar yang merupakan bagian dari Rp 25 miliar harta kekayaan Gayus yang disimpan di 24 rekening yang ada di tiga bank. Uang Rp 25 miliar itu sebelumnya sempat mengalir ke berbagai muara setelah Direktur II Ekonomi Khusus Bareskrim kala itu, Brigjen Pol Raja Erizman mengeluarkan surat penerbitan pembukaan blokir rekening yang menympan dana sebesar Rp 25 miliar itu. Sebenarnya, penyidik sendiri menemukan uang Gayus kala blokir itu dibuka mencapai Rp dan US$ “Itu terdiri dari beberapa lembar saham yang dibeli kemudian ada disimpan dalam bentuk tabungan, mata uang, valuta asing. Kemudian ada yang di depositokan. Kemudian ada yang di rekening bank dan ada yang juga dalam bentuk dia beli saham,” jelas Edward merinci Rp 11 miliar yang telah berhasil disita penyidik. Jika ditotal maka Rp 85 miliar dari Rp 99 miliar kekayaan Gayus berhasil dikuras polisi. Sementara sisanya, Rp 14 miliar yang juga merupakan bagian dari Rp 25 miliar masih “misterius”. Membaca laporan di atas, muncullah berbagai pertanyaan, bagaimana mungkin seorang pegawai pemerintah sekelas Gayus Tambunan bisa memiliki uang begitu banyak sehingga hartanya berlimpah ruah? Ternyata semuanya hasil korupsi. Ia telah membantu sejumlah perusahaan yang mestinya membayar pajak yang tinggi, dan untuk itu ia mendapatkan bayaran dalam jumlah besar. Bagaimana orang bisa terjatuh ke dalam kehidupan seperti itu? Tampaknya banyak orang yang kini terbius oleh gambaran-gambaran bahwa sukses seseorang hanya bisa diukur lewat apa yang ia punyai – entah berupa rumah, tanah, kendaraan mewah, perhiasaan-perhiasan berharga, logam mulia, dll. F. Kekayaan dan Sukses dengan Jalan Pintas Semakin banyak orang yang percaya akan ajaran palsu bahwa sukses dapat dicapai dengan jalan pintas. Ketika kekayaan menjadi ukuran sukses seseorang, semakin banyak pula kita melihat bagaimana orang-orang yang duduk di jabatan-jabatan yang “basah” – entah di pemerintahan ataupun di kantor-kantor swasta – bisa dengan cepat menjadi kaya raya. Hal ini tampaknya disebabkan oleh pergeseran nilai-nilai di masyarakat kita yang sangat menonjolkan kekayaan materi dan kesenangan badaniah Diunduh dari 3hedonisme sebagai ukuran sukses di masa kini. Karena nilai-nilai itu yang ditunjukkan sebagai kelaziman – antara lain lewat iklan-iklan di media massa, dan bahkan juga oleh pemberitaan-pemberitaan tentang gaya hidup para selebritis di negara kita – maka orang-orang pun berbondong-bondong meniru gaya itu. Namun, dari mana mereka memperoleh uang untuk membiayai gaya hidup itu? Untuk maksud tersebut tidak jarang kita menemukan orang-orang yang bersedia mengambil jalan pintas, entah lewat korupsi, berjualan narkoba yang harganya sangat mahal, menyelundupkan narkoba dan barang-barang terlarang lainnya, atau bahkan menjual diri. Sebuah berita mengejutkan terjadi di salah satu kota di Pulau Jawa. Dilaporkan bahwa seorang murid SMP terlibat dalam praktik pelacuran. Ia menjual teman-temannya yang masih duduk di SMA untuk melayani laki-laki hidung belang sebagai pelacur, hanya karena anak-anak itu ingin memiliki HP “pintar” Blackberry Kompas, “Ingin Punya BB, Siswi SMA di Surabaya Jual Diri,” 9 Juli 2013. Bukankah ini tragis? Mengapa remaja-remaja itu tidak berpikir jauh tentang masa depan mereka? Bukankah semua ini tanda-tanda ketidakdewasaan? Kita sudah melihat di atas uraian tentang berbagai ajaran palsu yang dianjurkan oleh para guru dan nabi palsu modern di masa kini. Apa yang kita lihat sejauh ini, ajaran-ajaran palsu itu bukan sekadar ajaran agama atau keyakinan kita tentang Tuhan kita dan karya penyelamatan-Nya. Yang kita lihat adalah ajaran-ajaran yang mungkin dalam pemahaman kita jauh dari pengertian kita tentang agama. Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh kita bahwa agama Kristen akan menyebut nilai-nilai yang berlaku luas di masyarakat kita itu sebagai “ajaran palsu.” Namun kita tidak bisa menolak semua itu. Tuhan Yesus sendiri pernah mengatakan, Manusia hidup bukan dari roti saja, “tetapi dari setiap irman yang keluar dari mulut Allah” Mat. 44. Maksud ayat ini bukanlah semata-mata supaya kita rajin membaca Alkitab, melainkan terutama sekali supaya kita bisa mengenali ajaran-ajaran yang merendahkan nilai-nilai kehidupan, yang membuat hidup tidak lain daripada sekadar memenuhi kebutuhan biologis semata-mata. Bacaan dari Surat Efesus di atas sudah mengingatkan kita bahwa Tuhan ingin agar kita bertumbuh menuju kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan… Ef. 413-14 Diunduh dari 4Hidup kita tidak boleh dijadikan dangkal dengan sekadar memenuhi kebutuhan materi dan mencari kekayaan semata-mata, atau malah mengikuti nilai-nilai yang dipromosikan oleh banyak orang di dunia ini. Bacaan dari Surat Kolose mengingatkan, … supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah… Kol. 19-10 G. Kedewasaan Penuh dalam Hubungan dengan Orang Lain Pada bait ketujuh puisi Kliping di atas, ia mengatakan demikian Jika kau dapat berbicara kepada rakyat jelata dan mempertahankan kebajikanmu, Atau berjalan dengan raja-raja – tanpa kehilangan hubungan dengan rakyat biasa; Jika tiada musuh atau teman tercinta dapat melukaimu; Jika semua orang menghargaimu, tapi tak berlebihan; Kipling mengatakan, orang yang dewasa adalah orang yang bisa berbicara kepada rakyat kecil, namun tetap mempertahankan kebajikannya. Kalaupun ia bisa berjalan dengan raja-raja, hal itu tidak menjadikannya sombong dan berkepala besar. Rasanya tidak banyak orang yang bisa bertindak seperti ini. Di dunia kita bisa melihat hanya segelintir orang yang mampu bersikap seperti ini dengan tulus. Dalam sebuah perjalanan kampanyenya, ketika merasa lapar, Presiden Obama tidak segan-segan berhenti di sebuah restoran hamburger – makanan siap saji yang dianggap sebagai makanan murah. “OMG! President Obama eats at South Miami burger joint,” Miami Herald, 20 September 2012. Ia tidak segan-segan makan di tempat murahan seperti itu. Orang yang dewasa dan matang kepribadian dan pemikirannya, pasti tidak akan canggung-canggung melakukan hal-hal yang di mata orang lain mungkin dianggap akan merendahkan derajat dan kedudukannya. Ia akan mampu memperlakukan setiap orang dengan cara yang sama. Ia tidak kikuk bergaul dengan orang-orang kecil – termasuk mereka yang disingkirkan dan dilupakan masyarakat umum – atau pun berhadapan dengan orang-orang yang berjabatan tinggi. Diunduh dari 5Di masa hidup-Nya di dunia, Yesus pun pernah melakukan hal seperti itu, makan di tempat-tempat yang sederhana. Ia pernah diundang oleh Simon, seorang Farisi yang kaya, untuk makan di rumahnya. Luk. 736-50 Namun di pihak lain, Ia pun tidak segan-segan duduk dan makan di antara para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mrk. 213-16 Dengan kata lain, Tuhan Yesus tidak membeda-bedakan orang. Bahkan sebaliknya, Ia berusaha mendekatkan diri dengan orang-orang yang disingkirkan oleh masyarakat, supaya dengan demikian mereka bisa diterima lagi oleh masyarakat, dan dengan demikian dapat diharapkan bahwa mereka bisa hidup seperti banyak orang lainnya. Inilah yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam Surat Kolose di atas tentang pertumbuhan pribadi seorang Kristen, “…tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.” Kol. 415 Dengan berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh ke arah Kristus. Dan kalau Kristus sendiri bersikap terbuka kepada siapapun, maka kita pun terpanggil untuk bersikap terbuka kepada orang lain. Janganlah kita menjauhkan diri dari orang lain hanya karena mereka berbeda latar belakang suku, agama, kelas sosial, warna kulit, dll. Kedewasaan penuh yang kita lihat di dalam diri Yesus adalah kehidupan yang berfokus pada kepentingan orang lain, demi kemuliaan Allah. Itulah yang digambarkan oleh Rasul Paulus dalam Filipi 23-4, “Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” Apakah ini berarti orang Kristen tidak boleh memperhatikan kepentingannya sendiri? Sudah tentu tidak. Paulus ingin menekankan agar kita tidak hanya memperhatikan kepentingan diri sendiri, tetapi juga memikirkan kepentingan orang lain. H. Rencana Hidup Saya Coba buat rencana tentang bagaimana kamu merencanakan kehidupanmu agar bisa bertumbuh menuju kedewasaan yang benar. Hal-hal apa yang dapat kamu lakukan supaya hidupmu bermakna? Bidang studi apakah yang akan kamu pilih agar bisa mengembangkan hidup yang bermakna dan tidak dangkal itu? Jika waktu yang tersedia cukup, kamu dapat membacakan rencana hidupmu. Jika tidak, kumpulkanlah untuk dinilai oleh gurumu. Diunduh dari 6I. Rangkuman Kedewasaan yang benar yang mestinya terjadi pada hidup kita masing-masing adalah sikap hidup yang tidak mudah diombang-ambingkan oleh pendapat orang-orang di sekitar kita. Kedewasaan yang benar itu mestinya tampak dalam kemampuan kita ketika kita diperhadapkan dengan berbagai ajaran, pemikiran, ilosoi, bahkan juga iklan-iklan yang mengajarkan sukses, keberhasilan, kekayaan, kemasyhuran yang mudah dengan jalan pintas. Alkitab justru mengajarkanyang sebaliknya. Kedewasaan yang benar adalah kedewasaan yang berprinsip, yang didasarkan pada irman Tuhan. J. Doa Tuhan, pimpinlah hidupku agar aku dapat menjalaninya menuju kedewasaan yang benar. Jangan biarkan aku berjalan sendiri, Tuhan, melainkan ubahlah aku agar hidupku benar-benar bermakna, tidak hanya berorientasi kepada diri sendiri, atau kelompokku saja, melainkan bisa juga berguna untuk orang lain. Dalam nama Tuhan Yesus, Juruselamatku. Amin. Diunduh dari
Terkadangtingkat kedewasaan seseorang bisa dilihat dari penilaian orang lain. Secara umum, seorang dapat dikatakan dewasa apabila ia telah mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jelek (atau benar salahnya sesuatu). Namun dalam Islam, seorang dewasa adalah yang telah mampu memilih dan memilah serta mengkategorikan mana yang perintah dan Sepatutnya makin serius hubungan yang dijalani maka, makin tinggi komitmen dan juga kompromi yang ada satu sama lain. Hal demikian juga tak luput dari kedua pihak yang mampu bersikap dewasa dalam hubungan yang hal demikian tak selamanya bisa konsisten dilakukan sebab, melawan ego atau emosi sendiri adalah musuh terbesar dalam sebuah hubungan. Semakin langgeng dan harmonisnya hubungan maka, ada dua orang yang belajar untuk mempertahankan satu sama saja lima hal yang harus dipertahankan dalam upaya mendewasakan diri di dalam hubungan?1. Komunikasi sehat dan stabilUnsplash/Allef ViniciusTanpa diminta apalagi disuruh, pasangan yang telah paham apa pentingnya komunikasi telah mengindikasikan sikap yang bijak dan komunikasi yang sehat dan stabil harus dibangun oleh kedua pihak. Karena tersebut nyatanya bisa jadi hal yang bisa memicu keretakan hubungan. Sebab, komunikasi yang terhambat bisa menimbulkan sebuah masalah yang akan membawa hubungan jauh dari kata harmonis Mengatasi masalah dengan kepala dinginUnsplash/sarandy westfallTak selamanya kedewasaan ditentukan oleh faktor usia karena tak sedikit dalam hubungan, pasangan masih bertindak kekanakan ketika menghadapi suatu berusaha untuk menyelesaikan, banyak yang malah mengabaikan, berlari atau bahkan melampiaskan emosi pada pasangan soal masalah yang ditemui. Pasangan yang dewasa mampu mengendalikan dirinya dengan baik, sehingga tak akan merespons atau menanggapi masalah dengan emosi atau sikap yang negatif. Tetapi, dengan pikiran yang jernih dan sikap yang bertanggung jawab. Baca Juga Awas! Ini 5 Pondasi Awal Hubungan yang Bikin Mudah Goyah & Pisah 3. Tak ragu untuk meminta maaf bila melakukan semua orang berbesar hati mengakui kesalahan yang telah dia perbuat. Hal ini tentu juga sangat penting dalam hubungan, yang mana dengan mengakui kesalahan lalu meminta maaf mampu meredakan situasi yang awalnya cukup tidak mengakui kesalahan, meminta maaf lalu berusaha memperbaiki yang keliru adalah tindakan yang tepat. Sebab, dengan demikian pasangan akan merasa dihargai dan akan mengapresiasi sikapmu sebagai bagian dari kedewasaan dalam Tak pernah menolak ajakan diskusi Unsplash/Artur TumasjanDiskusi tak selalu harus membicarakan sebuah masalah atau hal yang serius. Diskusi juga bisa menjadi wadah untuk menyampaikan dan menerima masukan dan saran satu sama lain dengan baik dan diskusi juga bisa dilakukan sebagai upaya bertukar ide serta tujuan bersama. Apa yang harus dipertahankan dari hubungan atau yang harus lekas diperbaiki segera supaya tidak menimbulkan sebuah masalah Sembari menjalani hubungan, cita-cita dan impian juga tak kendur diperjuangkanUnsplash/Wei-Cheng WuKedewasaan dalam hubungan juga bisa dilihat dari sejauh mana kamu fokus dan konsisten pada cita-cita atau impian yang sedang diperjuangkan susah payah selama ini. Cinta dalam hubungan tidak menjadikanmu kendur dalam memacu semangat mewujudkan keinginan. Justru kamu dan pasangan bisa sama-sama mendukung dalam suka dan dalam situasi yang sulit dalam hubungan memiliki banyak kebaikan. Karena kamu dan pasangan sama-sama mau mengecilkan ego yang berpotensi merusak jalannya hubunganmu ke depan. Baca Juga 5 Sikap yang Sebaiknya Dilakukan Ketika Hubungan Sudah Mulai Serius IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
JendelaJohari ini mencerminkan tingkat keterbukaan seseorang yang dibagi dalam empat kuadran, Kuadran-kuadran tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut: Open. Menggambarkan keadaan atau hal yang diketahui diri sendiri dan orang lain. Hal-hal tersebut meliputi sifat-sifat, perasaan-perasaan, dan motivasi-motivasinya.
Menjalani hubungan percintaan yang dewasa, tentunya sangat menyenangkan. Kamu gak akan merasa tertekan dan bisa mendapatkan kenyamanan dari hubungan yang sedang berjalan. Bagi kamu yang sedang menjalani proses pendekatan maupun yang sudah memiliki hubungan asmara dengan seseorang, penting untukmu melihat sisi dewasa dari gebetan maupun yang dewasa dapat membentuk kepribadianmu menjadi lebih bijaksana. Gak hanya dalam hubungan asmara, melainkan dalam berbagai aspek kehidupan juga akan menjadi lebih dewasa dan bijak. Apakah kamu ingin tahu bagaimana cara menakar tingkat kedewasaan seseorang dalam percintaan? Yuk, ikuti lima cara berikut Pandai mengerti dan memahami orang lain ilustrasi saling memahami HolmesApakah gebetan atau pasanganmu pandai mengerti dan memahamimu? Dalam arti, dia gak berpikir dan bersikap secara egois setiap saat. Keegoisan bisa menjadi sarana untukmu menakar tingkat kedewasaan seseorang. Maka, perhatikanlah cara berpikir dan bersikap dari orang yang sedang dekat, maupun yang sudah menjalin hubungan asmara kecil sisi egoisnya, itu menunjukkan bahwa dia memiliki tingkatan kedewasaan dan kebijaksanaan yang tinggi. Menjalin asmara dengan orang yang dewasa gak hanya dari usianya saja, itu akan membuat hubungan mampu bertahan lama dan memberikanmu kebahagiaan saat menjalin asmara Dia gak selalu menaruh rasa curiga yang berlebihan ilustrasi merasa curiga SubiyantoCara berikutnya untuk menakar kedewasaan seseorang dalam hal percintaan yaitu, dia gak menaruh rasa curiga yang berlebihan padamu. Orang yang dewasa dalam menjalani hubungan asmara, seharusnya mampu saling percaya dan menghargai pasangannya. Jika dia seperti itu, maka dia sudah cukup matang dan dewasa dalam urusan adalah salah satu faktor yang menunjukkan sisi dewasa dari pasangan yang sedang menjalani hubungan. Dengan saling percaya dan menghargai, maka hubungan yang dijalin akan semakin membawa kalian ke jenjang yang lebih serius lagi. Berhubungan asmara pastinya akan selalu saja ada halangannya, dengan memiliki kedewasaan seperti gak selalu curiga, maka jalinan asmara akan semakin erat dan Memiliki kesabaran yang tinggi ilustrasi laki-laki penyabar KattKesabaran gak hanya harus ada dalam kehidupan pribadi saja, melainkan dalam hubungan percintaan, sabar juga dibutuhkan. Maka, jika kamu ingin melihat seberapa dewasanya pasangan dalam menjalani hubungan, perhatikanlah sisi sabar dari pasanganmu. Apakah selama ini dia bersabar ketika menghadapi ujian dalam hubungan, atau malah sebaliknya? Dalam hubungan percintaan, jika kesabaran gak kalian miliki, maka hubungan akan rentan mengalami hambatan yang bisa mengakibatkan putus di tengah jalan. Kesabaran hanya bisa dimiliki oleh seseorang yang dewasa secara emosional dan tindakan, maka untuk menakar tingkatan kedewasaan pasangan, perhatikanlah sisi kesabarannya. Baca Juga 6 Cara Menghormati Pasangan agar Tercipta Hubungan Asmara yang Sehat 4. Memiliki kemampuan mempertimbangkan berbagai hal dalam hubungan ilustrasi pasangan sedang berdiskusi KattMenakar kedewasaan pasangan, bisa kamu lihat dari kemampuannya dalam mempertimbangkan berbagai hal terkait hubungan yang sedang kalian jalani. Tentu saja, pertimbangan yang gak hanya mengutamakan kepentingan pribadinya saja, melainkan pertimbangan yang memiliki dampak positif terhadap hubungan dan masa depan jika terjadi masalah, pasanganmu hanya mempertimbangkan sesuatu berdasarkan kepentingannya saja? Apakah dia kerap mengabaikan kepentinganmu? Jika dia selalu memikirkan dan mempertimbangkan berbagai hal untuk kebaikan bersama, itu tandanya tingkat kedewasaan yang dimilikinya tergolong Berani mengakui kesalahannya dan mampu bertanggung jawab ilustrasi berani mengakui kesalahan ProductionsCara menakar kedewasaan seseorang dalam hubungan asmara berikutnya yaitu, perhatikan apakah saat dia melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya dan mampu bertanggung jawab menyelesaikannya, atau sebaliknya? Apabila dia berani mengakui perbuatannya yang salah, serta bersedia dan mampu memperbaiki, itu menunjukkan tingkatan kedewasaannya sudah semua orang bisa melakukannya, bagi dia yang mampu, itu mencerminkan sisi dewasa ada dalam dirinya. Berhubungan asmara dengannya, pasti akan terasa membahagiakan dan gak penuh tekanan. Terlepas dari besar kecilnya kesalahan yang dilakukan, jika itu tanpa sengaja dan dia pun mengakui, serta bertanggung jawab, jangan lepaskan karakter seseorang yang sepertinya, karena gak mudah mendapatkan pasangan yang mampu bertindak kedewasaan seseorang dalam hubungan percintaan, perlu kamu lakukan. Keharmonisan hubungan asmara, bisa kalian dapatkan, jika masing-masing memiliki kedewasaan. Ingin merajut kisah asmara yang penuh dengan rasa bahagia? Kenali pasanganmu lebih dalam terkait kedewasaan dalam cara di atas bisa kamu coba dari sejak dia masih menjadi gebetan hingga masuk ke tahap berstatus sebagai pasangan. Kedewasaan pola pikir dan cara bersikap menjadi suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam membangun hubungan percintaan. Teruslah belajar menjadi dewasa bersama pasangan, agar jalinan asmara mampu tetap bertahan di tengah banyaknya tantangan yang memicu kandasnya hubungan. Baca Juga 5 Hal Toksik yang Kerap Diwajarkan dalam Hubungan, Jangan Dilanjutkan! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
VWfG05.
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/74
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/372
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/324
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/288
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/3
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/332
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/343
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/249
  • hlzu0pu0wz.pages.dev/331
  • kedewasaan penuh dalam hubungan dengan orang lain